Untuk memulai mata kursus ini, kata “riset” perlu didudukkan pada konteks yang sesuai agar dapat membantu Anda mengikuti pembahasannya. Bagian ini akan dibagi jadi beberapa sub-bagian, yaitu Definisi Riset dan Arti Penting Riset dalam kaitannya dengan kualitas produk terjemahan dan profesi penerjemah.
Definisi Riset
KBBI mendefinisikan riset sebagai “penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik”. Definisi ini sudah sangat cukup untuk mewadahi makna aktivitas riset dalam pembahasan kita. Keterangan cara melakukannya, yakni bersistem, kritis, dan ilmiah, dapat kita maknai dengan sedikit “longgar”. “Bersistem” dan “ilmiah” dalam konteks akademis umumnya merujuk pada penerapan metode ilmiah yang jadi syarat wajib dalam penelitian. Di konteks kerja penerjemahan, maksudnya tidak seketat itu. Tetapi, memang ada cara atau metode riset yang sesuai untuk kebutuhan penerjemahan. Sementara “kritis” adalah nilai yang tidak boleh dilewatkan. Kemampuan untuk berpikir atau menyikapi data temuan riset dengan kritis punya peran besar dalam menghasilkan terjemahan yang andal.
Mari kita fokus pada frasa-frasa bercetak tebal. Di sanalah tujuan riset dalam kerja penerjemahan terletak. Riset dilakukan agar pengetahuan dan pengertian kita atas pesan meningkat. Kita bisa menemukan berbagai fakta yang relevan dengan naskah yang tengah dikerjakan. Dengan bekal itu semua, penerjemah mestinya bisa menafsirkan maksud dengan lebih baik dalam bahasa sasaran.
Arti Penting Riset
Pembahasan ini akan dikerangkai dalam dua isu penting, yakni kualitas produk terjemahan dan situasi profesi penerjemah.
Pertama, kita akan bahas peran penting riset yang menentukan kualitas produk terjemahan.
Secara sederhana, riset adalah langkah kerja wajib yang mampu membantu mencapai akurasi. Terjemahan yang akurat kami definisikan sebagai hasil alih bahasa yang menyampaikan maksud (pesan) dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan tepat sesuai konteks.
Secara spesifik, riset berfokus pada maksud dan konteks. Keduanya adalah bagian intrinsik dalam naskah yang diterjemahkan. Namun, kehadirannya tidak selalu eksplisit. Tidak jarang—dan tidak harus saat menerjemahkan, saat sekadar membaca sekalipun—kita perlu menggali lebih dalam dari taburan kata-kata yang tertulis di permukaan.
Kita mencari yang tersirat, memeriksa konotasi dan alternatif makna, mencermati bagian-bagian yang memberi petunjuk tentang latar dan konteks, dan seterusnya. Tak jarang, kalimat demi kalimat bisa kita baca, tetapi tidak kita pahami karena ada kesenjangan pemahaman. Kita mungkin perlu mencari definisi kata tertentu yang sangat teknis atau tidak familier di telinga kita. Persisnya, hal inilah yang perlu kita lakukan untuk menjalankan riset saat menerjemahkan.
Dengan menangkap maksud dalam teks yang diterjemahkan dan mengetahui konteks yang melingkunginya, penerjemah telah menyelesaikan satu dari dua tahap utama penerjemahan, yakni komprehensi. Selanjutnya, bekal pemahaman inilah yang akan ditransfer ke dalam bahasa sasaran. Tahap ini disebut produksi, yakni tahap menyampaikan ulang maksud dalam bahasa yang berbeda. Riset berperan penting dalam kedua tahap tersebut. Hal ini akan dibahas lebih mendetail pada bagian selanjutnya.
Kini, kita relevansikan riset dengan isu kedua, yakni situasi umum profesi penerjemah. Jika menggunakan kriteria bidang kerjanya, profesi penerjemah dapat dikategorikan menjadi dua: spesialis dan generalis. Penerjemah spesialis adalah orang dengan latar belakang pendidikan bidang tertentu (di luar bahasa/penerjemahan) yang kemudian menjadi penerjemah dan hanya menerjemahkan naskah dari bidang yang dikuasainya itu. Maka, sejak awal ia adalah penerjemah spesialis. Untuk dapat menyandang gelar penerjemah spesialis, kita perlu mendapatkan pengakuan resmi atas kompetensi kita di bidang khusus. Maka, tak heran jika jumlah penerjemah spesialis umumnya terbatas.
Sementara itu, penerjemah generalis datang dari lingkungan yang berbeda dari spesialis. Seperti namanya, penerjemah generalis adalah penerjemah yang mengerjakan banyak bidang naskah. Hampir semua penerjemah pemula adalah penerjemah generalis, apalagi jika ia adalah lulusan jurusan atau fakultas Bahasa. Biasanya penerjemah generalis mengambil hampir semua peluang proyek yang datang. Di awal, level pengetahuan atas bidang tertentu pasti rendah, dan akan meningkat seiring waktu. Untuk mengompensasi keterbatasan pengetahuannya itu, penerjemah generalis mengandalkan keterampilannya untuk melakukan riset.
Riset adalah jembatan yang menghubungkan pengetahuan bahasa dan penerjemahan dengan pengetahuan spesifik dalam bidang naskah yang dikerjakan seorang penerjemah. Apakah riset mampu menutup celah senjang itu? Apakah tidak lebih baik jika naskah bidang tertentu diterjemahkan oleh orang yang punya pemahaman mendalam mengenainya? Jawaban untuk pertanyaan pertama adalah ya. Riset yang memadai dapat membantu penerjemah menghasilkan produk terjemahan andal yang dibutuhkan penggunanya. Untuk pertanyaan kedua, jawabannya belum tentu. Seperti yang telah disebutkan, penerjemah spesialis umumnya jumlahnya terbatas, tidak selalu mudah ditemukan. Apalagi kalau bidangnya sangat spesifik dan kurang populer. Jika mengandalkan pakar bidang tersebut, belum tentu ia punya kemampuan menerjemahkan. Penerjemahan adalah keahlian khusus yang melibatkan pengetahuan kebahasaan yang mumpuni. Itulah sebabnya, riset menjadi prosedur inheren dalam kerja penerjemahan. Entah sebagai spesialis atau generalis, riset adalah langkah yang wajib ditempuh setiap penerjemah agar mampu menghasilkan terjemahan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.